Setelah tahun 400 Masehi, Sumatera bagian Utara dinamai oleh orang-orang Arab : Rami (Ramni), oleh orang Tionghoa : Lan-li, Lan-wu-li dan Nan-poli. Nama terdahulu dari Aceh adalah Lam Muri, oleh sejarah Melayu: Lambri (lamiri) dan oleh Marco Polo disebut Lambri.
Sesudah kedatangan Portugis, nama Lambri tidak digunakan lagi, menjadi Achem (Aceh). Orang Portugis dan Italia biasanya mengatakan Achem, Achen, Acen dan orang Arab menyebutkan lagi : Asji, atau juga dengan Dachem, Dagin, Dacin. Penulis-penulis Perancis mengatakan : Achem, Achen, Achin, Acheh, orang Inggeris menyebut : Atcheen, Achheen. Achin dan akhirnya orang-orang Belanda menjebutkan : Achem, Achim, Atchin, Atchein, Atjin, Atsjiem, Atsjeh dan akhirnya menjadi Atjeh.
Orang Aceh sendiri menyebut diri mereka “Atjeh”. Aceh tertulis juga dalam Sejarah Melayu, Undang-Undang Melayu, didalam surat-surat Aceh lama (Sarakata) dan pada mata uang Atjeh seperti emas (derham), dan uang timah (keueh).
Sumber : tengkuputeh.com