BANDA ACEH.suwanusantara.com.- Deputi Bidang Pengendalian Penduduk BKKBN, Dr. Bonivasius Prasetya Ichtiarto, menegaskan, masalah stunting tidak bisa dianggap remeh, harus dipikirkan lebih jauh, karena dampaknya akan terbawa sampai anak tumbuh dewasa.
“Untuk itu Kita harus fokus pada program kerja kita. Ada dua program yang pertama terkait dengan spesifik, kemudian yang kedua terkait dengan sensitif. Spesifik itu dampaknya 30 persen, sedangkan sensitif itu 70 persen”.
Demikian diingatkan Deputi Bidang Pengendalian Penduduk BKKBN, Dr. Bonivasius Prasetya Ichtiarto, S.Si.,M.Eng, pada kegiatan Evaluasi Kinerja Sekretariat TPPS dalam Rangka Percepatan Penurunan Stungting Tingkat Kabupaten/Kota, pada Rabu malam (16/11/2022). Kegiatan ini digelar di Kota Sabang dari 16 hingga 18 November 2022.
Acara ini secara resmi dibuka Pj. Walikota Sabang, Drs. Reza Fahlevi, MSi, turut dihadiri
Direktur Perencanaan Pengendalian Penduduk , Dr. Munawar Asikin, S.Si,MSE, Asisten Ekonomi dan Pembangunan Sekdako Sabang, Faisal Azwar, Kepala Perwakilan BKKBN Aceh, Drs. Sahidal Kastri, M.Pd, Sekban, Husni Thamrin, SE, MM, Koordinator Bidang Dalduk, Ir. Nurzikra Hayati, Koordinator Bidang KSPK, Faridah, SE, MM, dan Kadinkes dan KB Kota Sabang, Edi Soeharto
Spesifik ini, lanjut Deputi Dikdal, lebih kepada penanganan stunting secara langsung yakni penanganan secara klinis atau medis, pemberi makan tambahan, peningkatan gizi dan lain sebagainya.
Sedangkan sensitif yang paling berat mengacu pada pola makan anak, pola asuh, kebiasaan dan lainnya.
“Namun, yang menjadi masalah adalah pola pikir dan budaya masyarakat saat ini. Untuk mengejar angka 14 persen dan tidak memunculkan stunting baru, kita harus terus melakukan pencegahan dan memberi kesadaran kepada masyarakat pentingnya pemenuhan gizi dan pola asuh yang tepat bagi anak, katanya.
Sementara itu, Kepala Perwakilan BKKBN Aceh, Drs. Sahidal Kastri, M.Pd, didampingi Manager Data Pemantauan dan Evaluasi Satgas PPS Aceh, dr. T.M.ilzana, M.Sc (Med. Edu) menyebutkan, pravelensi stunting di Sabang termasuk rendah ditingkat Provinsi Aceh, sebesar 23,8 persen, tetapi masih dalam range yang dikeluarkan oleh WHO yaitu sebesar 20 persen.
“Harapan kita Kota Sabang pada 2023 menurun sebesar 20,71 persen atau penurunannya sebesar 3,10 persen,” kata Sahidal Kastri.
Lanjutnya, sekarang ini, Kota Sabang telah terbentuk Tim TPK sebanyak 54 org dengan jumlah 18 tim di 18 desa di tiga kecamatan yaitu Sukakarya, Sukamakmue, dan Sukajadi.
Adapun bantuan program yang sudah berjalan, sebut Sahidal, diantaranya, pendampingan fasilitas rujukan, baksos, pendampingan pelayanan KIE.
“Ini adalah program dari BKKBN diluar itu ada juga program dari kedinasan lain, seperti pemberian Genaseh dan lainnya,” ringkasnya.
Manager Data Pemantauan dan Evaluasi Satgas PPS Aceh, dr. T.M.ilzana, M.Sc (Med. Edu) menambahkan, data di atas dapat dicek langsung di dasboard keluargaberesikostunting-dasboard.bkkbn.go.id.
Ia juga menambahkan, saat ini angka stunting Sabang berada di posisi 412 jiwa anak stunting, data per 28 Oktober 2022 (data ini diperoleh dari rekapitulasi data pengawalan Satgas PPS Aceh).
Sementara jumlah Catin di Kota Sabang per Oktober 2022, sebanyak 63 jiwa, Bumil yang terdata berisiko 2 orang, keluarga berisiko stunting per 12 September 2022 sebanyak 11663 jiwa. “Yang tidak berisiko sebanyak 1046 jiwa,” sebut dr. T.M.ilzana.
Pj. Walikota Sabang, Drs. Reza Fahlevi, MSi, menyebutkan, untuk mencapai target penurunan angka stunting semua pihak harus terlibat dalam melindungi anak. Peran keluarga sangat dibutuhkan untuk menyadari pentingnya imunisasi pada anak sejak dini, agar terhindar dari berbagai penyakit.( release Humas BKKBN Aceh)