Deputi Bidang Lalitbang BKKBN Ajak Perguruan Tinggi Dukung Percepatan Penurunan Stunting

Suwanusantara.com.Banda Aceh – Deputi Bidang Pelatihan, penelitian dan Pengembangan (Lalitbang) BKKBN Prof. drh. M.Rizal M Damanaik, MRep.Sc, PhD mengatakan perguruan tinggi itu mitra strategis BKKBN, karena disini gudang ilmu.

“ Karena ini kewajiban moril kita desa lingkar Kampus harus jadi desa bebas stunting. Semua ketua jurusan tahu persis desa lingkar kampus. Semua Perguruan Tinggi harus punya missi desa lingkar kampus bebas masalah gizi, bebas dari stunting. Karena kita mengusung Tri Darma Pergutuan Tinggi. Kampus saya pun di ITB tetap menjalankan (Program) desa lingkar kampus.Mari semua Perguruan Tinggi Berpartisipasi memberantas stunting”.

Ajakan itu disampaikan Prof. drh. M.Rizal M Damanaik, MRep.Sc, PhD ketika menjadi pemateri tunggal dalam Seminar dan kuliah umum di Kampus Terpadu Pol. Tekkes Kemenkes Aceh, Lampeunerut, Aceh Besar, Selasa (28/12/2021) dengan tema “ Masalah dan Penanganan Stunting di Indonesia” dalam rangkaian kegiatan Dies Natalis ke -20 Pol. Tekkes Aceh.

Acara ini dihadiri Kaper BKKBN Aceh, Drs. Sahidal Katrsi, M.Pd, Pimpinan Pol.Tekkes Aceh Direktur, Wakil Direktur, Para Ketua Jurusan, para dosen dan Mahasiswa.

Dihadapan ratusan mahasiswa dan civitas akademik Poli Teknik Kesehatan Aceh, Guru Besar ITB ini lebih lanjut memaparkan bahwa target nasional menurunkan stunting, alhamdulillah sudah tutun tiga persen, 2019 dari 27,7 persen turun ke 24 persen di tahun 2021. “ target kita turun 14 persen”.

“Tapi insyaAllah dengan kerjasama, ini bisa kita capai. Bagaimana caranya, kita perlu aksi nasional melalui pendekatan keluarga. Kita sudah siapkan data keluarga beresiko stunting tahun 2021.”, katanya.

Keluarga beresiko stanting itu maksusnya begini, jelas Prof. Rizal M Damanik, bahwa stunting itu dimulai dari sel telur dibuahi sampai usia bayi dua tahun. Kalau tiga tahun, empat tahun itu sudah tidak bisa diapa-apakan lagi. Kalau stunting, stuntinglah dia. Oleh karena itu kita memfoto, mempotret dimana keluarga di Indonesia ini beresiko stunting, yaitu keluarga yang mempunyai calon pengantin, kelarga yang punya ibu hamil (bumil), keluarga yang ibu menyusui yang anaknya masih nol sampai dua tahun.

“Itu sadah ada sudah kita siapkan datanya di BKKBN keluarga yang beriko stunting. Itu Pak Ketua Jurusan bisa berkoodinasi dengan BKKBN yang di kabupaten/ kota. Itu beresiko stunting. Untuk apa ?. Untuk didampingi, kita nasehati supaya makan makanan bergizi, ibumilnya menimbang berat badan, pendampingan kepada calon pengantin,tiga bulan sebelum nikah akan kita periksa kesehatannya”, paparnya.

Dikatakannya, target tahun 2045 Indonesia merdeka dari stunting. “ 100 persen merdeka dari stunting.Kita ingin Indonesia sehat, produktif. Kita tidak ingin SDM glayo-glayo”, tegasnya lagi.

Untuk mengawasi pelaksanaan percepatan penurunan stunting ini diawasi, Kemenkes, Kemendagri dan BKKBN. Ini serius.

Secara nasional akan melatih 600 ribu tim penanganan stunting sampai ke desa-desa dan sampai 2021 pemerintah sudah melatih 250 ribu tim.

Deputi menyampaikan rasa prihatin yang hanya 52 persen ibu-ibu yang mau menyusui banyai, padahal ASI itu mengandung anti body bagi bayi yang tidak tergantikan. “ Luar biasa ibu-ibu Indonesia dengan berbagai alasan, kendorlah, macam”, ujarnya nada prihatin.

Disebutkan Prof. Rizal, Deputi Lalitbang BKKBN ini, Perpres nomor 72 tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting, pemerintah menargetkan penurunan prevalensi stunting 13 pesersen di tahun 2024 dan target pembangunan berkelanjutan di tahun 2030 berdasarkan capaian 2024. (kas).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *