BANDA ACEH. Suwanusantara.com –Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Aceh, Safrina Salim, meminta Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Provinsi Aceh dan lintas sektor terkait agar dapat memanfaatkan data KRS BKKBN dan data-data lainnya di dalam melakukan intervensi penurunan stunting.
Harapan itu diungkapkan Safrina Salim, saat membuka Rapat Koordinasi TPPS Bidang Inovasi, Data dan Knowledge Management serta Sosialisasi Penggunaan Data KRS dalam PPS di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota yang digelar di Kryad Muraya Hotel, pada Senin (3/6/2024), di Banda Aceh.
Menurut Safrina Salim, hasil evaluasi dari Badan Pemeriksa Keuangan Provinsi (BPKP) Aceh, data Keluarga Resiko Stunting (KRS) masih belum maksimal digunakan dalam mengintervensi. stunting.
Rapat tersebut dihadiri Sesban Ihya, Koordinator Program Manager Satgas PPS Aceh, Iskandar Mirza, Ketua Tim Kerja, dan 30 peserta dari lintas sektor terkait lainnya.
.
“BKKBN punya data Keluarga Resiko Stunting (KRS) dari aplikasi SIGA-nya. Saya pikir kita tidak harus membangun sistem database yang benar-benar baru atau mulai dari nol, tapi kita dapat memanfaatkan dan mengintegrasikan berbagai sumber data yang sudah ada saat ini,” tandas Safrina.
.
Aceh memiliki modal data yang berlimpah dan berharga dari lintas sektor, namun belum terintegrasi, tambah Safrina.
Ia menyebutkan BKKBN punya data Keluarga Resiko Stunting dari aplikasi SIGA-nya, Dinas Kesehatan punya data status gizi balita, ibu hamil, dan ibu nifas dari aplikasi EPPGBM-nya,
Dinas Sosial punya data penerima PKH dari aplikasi E-PKH-nya, dan data-data dari lintas sector lainnya.
“Data-data yang ada tersebut dirumuskan bersama”, harap Safrina
“Manajemen integrasi datanya seperti apa sehingga dapat melayani kebutuhan data dari satu pintu. Saya pikir ini juga bagian dari knowledge management atau pengelolaan pengetahuan secara holistik yang perlu mendapat perhatian, di samping elemen-elemen pengelolaan pengetahuan lainnya tentu juga perlu dibahas pada pertemuan kita hari ini,” ujarnya.
.
Selain itu, Safrina, mengucapkan apresiasi yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang sudah bekerja keras dan berkontribusi dalam upaya penanganan dan pencegahan stunting di Aceh, beberapa tahun ke belakang ini.
Menurutnya, ada konsistensi penurunan dalam kurun waktu 4 tahun ini sehingga Aceh harus optimis bahwa angka stunting akan terus menurun sampai tahun 2045 untuk meraih generasi Indonesia Emas yang sehat dan cerdas, bebas stunting.
.
“Meski hasil SKI 2023, prevalensi Aceh turun dari 31,2 persen (hasil SSGI 2022) menjadi 29,4 persen atau turun 1,8 dan kita harus optimis 2024 bisa turun 14 persen atau mendekati target 19 persen,” kata Safrina. (R/Kas)
.