MQK Sebagai Ajang Evaluasi Guna Melahirkan Da’i Muda Abad 21

Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) ke-2 tahun 2021, sebuah wahana yang ditunggu tunggu oleh para santri (aneuk meudagang) di seluruh pelosok tanah Aceh. Even dua tahunan ini sangat digemari para penghafal/pembaca kitab kuning atau sering disebut gundul.

Melalui Dinas Pendidikan Dayah, mereka dibina mulai dari usia masuk pondok pesantren dan diseleksi di tingkat Kabupaten/Kota di Aceh. Ini bisa dikatakan juga sebuah wahana silaturrahmi para santri seluruh Aceh, mereka datang dengan membawa bekal ilmu nahu, tasawuf, tauhid, akidah, hadist dan sebagainya.

Tentunya mereka sangat siap bersaing membaca kitab tanpa baris, ini harus disertai dengan kegigihan sehingga mampu membaca menerjemahkan dan menyimpulkan (surah) dengan benar.

Terasa begitu terharunya kita ketika masuk dan menyaksikan kebolehan anak anak diseluruh Aceh, dimana mereka begitu yakin dan percaya diri tampil di hadapan para hakim dari guru Dayah di Aceh.

Sungguh terasa begitu bahagianya para orang tua anak-anak yang sedang berlomba, seakan arah hidup mereka ke depan sudah tergambarkan begitu terhormat di tengah-tengah masyarakat.

Ini merupakan sebuah terobosan baru, selain MTQ yang selama ini digelar di tanah air, namun sayangnya tidak semua daerah hari ini mengirimkan santrinya untuk berpartisipasi pada ajang MQK ke-2 ini, penting bagi Aceh dimana selama ini sedang menerapkan Syariat Islam secara kaffah, ketersediaan anggaran menjadi alasan bagi daerah yang menghadapi difisit.

Ini perlu dibahas oleh executif dan legislatif untuk kemuslihatan bersama bagi generasi Islami yang gemilang / bersinar dengan mengagumkan Nama Allah menjadikan mereka sebagai da’i muda yang mampu menjawab tantangan umat di abad 21, jika kegiatan ini dirasa tidak penting maka bisa digolongkan sebagai pergeseran pemahaman Islam di Aceh.

Sudah sepatutnya semua daerah merespon evan ini, sehingga tercapainya pembinaan generasi muda yang berbasis pendidikan dayah dalam rangka menghalau pengaruh-pengaruh barat dan aliran sesat di tanah Serambi Mekah. (Penulis : _Hamdani, M.Kom.I, Alumni IAIN Lhokseumawe)_

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *