Suasana malam kedua festival Pekan Raya Cahaya Aceh
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh tahun tahun ini mengadakan Pekan Raya Cahaya Aceh (PRCA) dengan slogan Persembahan Dalam Keakraban. Festival ini diadakan selama tiga hari dimulai dari tanggal 10-12 maret 2023 dan digelar di taman Bustanussalatin, Banda Aceh.
Tahun ini PRCA menghadirkan ekshibisi enam sub sektor ekonomi kreatif (Ekraf) unggulan Aceh Seperti kuliner, fashion, seni rupa, kriya, parfum dan seni pertunjukkan. Hendra Faisal kabid pemasaran disbudpar mengatakan PCRA ini juga diharap mampu membantu para peserta UMKM sehingga dapat memperluas jaringan usaha.
“Masing-masing pelaku usaha dituntut untuk terus berinovasi dan kreatifitas, pemerintah hanya membuka ruang dan membuat regulasi”, ungkapnya.
Festival ini dimeriahkan dengan hadirnya beberapa stand perwakilan dari setiap ekraf dan kabupaten/kota. Tak hanya itu, festival ini juga dihadiri oleh berbagai kalangan masyarakat. Disana masyarakat dapat menikmati beberapa jajanan yang telah disediakan seperti makanan ringan hingga minuman.
Zul, salah satu seniman seni rupa yang pernah mewakili Asia di Slovakia
Salah satu jajanan yang dapat dinikmati oleh pengunjung adalah dari stand Bitata Food. Stand ini menjual berbagai macam produk makanan mulai dari snack ringan sampai bumbu dapur. Usaha rumahan ini telah didirikan sejak tahun 2017 yang berlokasi di Gampong Peunyeurat Banda Raya, Banda Aceh. Menariknya bahan baku usaha ini telah sejak lama bekerjasama dengan petani lokal Aceh, seperti bawang merah dan kentang.
Bitata Food usaha rumahan yang memproduksi makanan ringan sampai bumbu dapur
“Disini kami memperkenalkan berbagai macam jenis produk-produk dengan harapan ingin memperluas pasar.” Ujar pemiliknya.
Jika anda penikmat kriya rajutan, festival ini juga menyediakan standnya seperti Cut Banta Rajut. Disini pengunjung bisa melihat dan mencoba-coba berbagai macam jenis rajutan mulai dari cardigan, tas, dan sepatu. Seni kriya rajutan ini membutuhkan waktu dalam proses pembuatannya, dimulai dari dua hari sampai tiga minggu.
“Sampai malam kedua ini, hasil rajutan sepatu paling banyak yang membeli”, Ujarnya.
Cut Banta Rajut dengan cardigan hasil rajutannya
Seni rupa juga tak kalah memukau mata pengunjung. Zul salah satu seniman seni rupa ini memiliki taste seni yang sangat luar biasa. Zul pernah menjadi salah satu perwakilan seni rupa Asia Festival Seni Rupa pada tahun 2016 di Slovakia dipergelaran International Fine Art Festival 2016. Di PCRA 2023 ini, Zul mempertontonkan hasil karya-karyanya. Salah satu karyanya yaitu dengan tema kota Banda Aceh yang dimana dalam lukisannya itu dilukiskan landmarks setiap sudut kota.
Stand dari perwakilan kabupaten pun tak kalah meriahnya. Terpantau pada malam kedua stand milik kabupaten Nagan Raya saat penilaian sangat gemuruh. Tepat didepan stand, berdiri gagah patung gajah. Gajah disini merepresentasikan hadiah dari Sultan Iskandar Muda untuk Raja Beutong Nagan Raya kala itu. Patung gajah ini juga biasanya dihadirkan saat acara-acara tertentu di kabupaten Nagan Raya. Berikutnya stand ini juga mempromosikan makanan, minuman dan hasil alam khas seperti karah tapak gajah, telur asin, bumbu dapur, bubuk kopi Beutong, dan batu giok.
Pengunjung juga dapat berfoto bersama keluarga dan teman di photo booth yang telah disediakan oleh panitia dengan latar anyaman dan logo Pekan Raya Cahaya Aceh. Di sela-sela pergantian sesi acara, taman Bustanussalatin ini juga terpantau ramai pengunjung karena telah dilengkapi dengan taman bermain yang ramah anak.
Terlihat pula disekeliling festival para pedangan kaki lima berjualan diluar pekarangan acara. Pedagang-pedagang tersebut memanfaatkan momen festival untuk mendapatkan keuntungan. Para pedagang menjual berbagai macam makanan dan minuman, bahkan ada yang menjual mainan anak-anak.
Malam kedua festival Pekan Raya Cahaya Aceh ditutup dengan penampilan dari Orang Utan Squad yang membuat decak kagum para pengunjung dengan single-singlenya lewat alunan hiphop. (Redaksi)