SUWA.Banda Aceh – Perpustkaan Mesjid Raya Baiturrahman Kota Banda Aceh yang dikelola UPTD Mesjid Raya berdiri 42 tahun lalu, tepatnya1979. Memiliki koleksi buku Islam yang hampir lengkap dan menyimpan literatur Aceh. Kini para sejarawan , budayawan dan peneliti sejarah dan budaya menjadikan koleksi Perpustakaan MBR sebagai referensi.
Perpustakaan ini yang pertama mengadopsi Sistem Informasi SLiMS ( Senayan Library Managemen System) di Aceh sejak tahun 2008. Sekarang diterapkan di beberapa perguruan tinggi, oleh Poltekkes, Unsyiah, UIN Ar-Raniry, Muhammadiyah dan lainnya.
Ketua Perpustakaan Mesjid Raya Baiturrahman, Zulfikri, didampingi anggota Pengurus Pustaka, Nusmasyitah kepada SUWA Nusantara.com di kantornya, Kamis (20/5/2021) menebutkan, saat ini Perputakaan MRB juga menjadi pusat penelitian tentang ilmu perpustakaan, kajian ilmu Islam, sejarah dan budaya, pengelolaan dan arsitektur Masjid.
“ Dijadikan tempat penelitian baik mahasiswa maupun lembaga luar dan dalam negeri. Dan satu-satunya Perpustakaan yang layanan bukanya setiap hari, termasuk hari libur”, kata Zulfikri.
Disebutkannya, pada awal berdiri dengan sederhana, difungsikan khusus kalangan jamaah. Namun dalam pelaksanaanya bergeser fungsinya menjadi perpustkaan umum dengan prioritas utama tetap pada kajian literatur Islam. Terletak di sisi barat mesjid, memiliki koleksi buku yang lengkap, ruang baca luas, nyaman dan hening.
“ Awal berdiri dengan beberapa lemari buku dan fasilitas sederhana. Kemudian semua buku dan fasilitas lainnya rusak berat di saat tsunami memporakporandakan Banda Aceh tahun 2004. Setelah tsunami, dibuka kembali atas bantuan dari banyak donator. Kemudian berkembang pesat baik sistem maupun fasilitas dan koleksinya”, katanya.
Pergeseran fungsi dari khusus kalangan jamaah menjadi perpustkaan umum pada kajian literatur Islam ini, kata Zulfikri, Ada beberapa sebab jadi alasan.
Pertama banyaknya pemustaka yang memngunjungi perpustkaan ini dari berbagai kalangan, usia dan profesi.
Kedua, terdapatnya koleksi buku Islam yang hampir lengkap dan jarang terdapat di perpustakaan lain serta tidak dijual di toko buku.
Ketiga, terdapatnya literatur Aceh yang merupakan kiriman tetap dari Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Budaya Aceh sehingga mendorong para sejarawan , budayawan dan peneliti sejarah dan budaya menjadikan koleksi Perpustakaan MBR sebagai referensi.
Keempat, tingkat kenyamanan ruangan yang adem dan hening, Kelima jadwal buka pada hari libur sangat membantu kalangan pekerja sibuk dapat memenuhi kebutuhan informasi dan enam tersedianya wifi unlimited free, katanya.
Koleksi buku Perpustakaan MRB lebih 5000 judul dengan 12 ribu examlar lebih terdiri dari koleksi buku-buku Islam 85 Persen dan koleksi buku-buku umum 15 persen.
Selain itu terdpat juga koleksi jurnal, majalah, newspaprer, bulletin, brosur dan leafleat. Terdapat buku teks 11.293 dan buku fiksi 1084 examplar.
Terdapat 10 judul buku popular yaitu Ululmul Hadis, Garis-garis besar Fiqih, Metodologo Study Islam, Membahas Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, dan lain-lain.
Anggota Perpustakaan Baiturrahman berjumlah 8.633 orang. Terdiri dari kalangan pelajar/santri, mahsiswa dan masuyarakat umum. Perpustakaan ini melayani para pengunjung setiap hari sejak pagi pukul 08.00 WIB sampai sore pukul 17.00 WIB, hanya istirahat saat shalat dhuhur pukul 12.30 s/d 13.30 WIB. Bahkan hari libur tetap buka dari pukul 08.00 WIB sampai 12.00 WIB.
Setiap hari dikunjungi rata-rata 70 orang pengunjung atau sekitar 2100 orang per bulan dari 60 persen non member dan 40 persen member.
Donatur
Perpustakaan MRB (Mesjid Raya Baiturrahman), tambah Zulfikri, sudah menjalin kerjasama dengan 17 lembaga umum dan pendidikan lainnya di Aceh, nasional dan lembaga luar negeri.
Selain itu, mendapat dukungan dari 36 donatur. Diantaranya, Pemerintah Aceh, Negara Brunai Darusslam, Malaysia, Exxon Mobile, Telkomsel Spirit, PT.Tekom Indonesia, Embassy Of The United States Of Amerika, Royal Dannish Embassy, British Embassy Jakarta, Harian Kompas, Harian Waspada, Harian Serambi Indonesia, beberapa media lokal dan nasional lainnya.
Departemen Agama Pusat, Kementerian Agama Banda Aceh, Badan Arsip dan Kepustakaan Aceh, Perpustkaan Nasional Indonesia, UIN Ar – Raniry dan sejumlah Perguruan tinggi lainnya, dan banyak lagi komunitas swasta lain, termasuk hibah peribadi ikut jadi donator, jelas Zulfikri.
Nurmasyitah menambahkan, Perpustkaan MRB juga menerapkan bagi pengunjung harus mengikuti aturan syari’at Islam, pemisahan tempat duduk pemustaka laki-laki dan perempuan serta berbusana Islami”, kata Masyitah. (Kasman)