SUWA Banda Aceh – Pemerintah Aceh membangun berbagai fasilitas Mesjid Raya Baiturrahman (MRB) Banda Aceh. Makin berpoles dan representatif. Melalui dinas teknis, Dinas Syariat Islam Aceh dibentuk UPTD Mesjid Baiturrahman tahun 2017 untuk mengelola masjid secara intens.
Berbagai fasilitas mesjid, seperti payung-payung masjid , tempat wudhuk, tempat parkir yang luas dan taman-taman hijau dibangun dengan dana tidak sedikit.
Kini fasilitas mesjid kebanggan masyarakat Aceh ini tampak nyaris sempurna. Terletak di jantung kota Banda Aceh ibu kota Provinsi Aceh. Semakin nyaman dikunjungi. Baik beribadah maupun menikmati keindahan mesjid terindah di Asia Tenggara ini.
Sebanyak 12 unit payung berdiri kokoh. enam di sisi utara dan enam di sebelah selatan masjid. Landscape baru ini menyerupai payung yang dipasang di Masjid Nabawi di Madinah, Arab Saudi.
Gubernur Aceh Zaini Abdullah meresmikan payung Masjid Raya Baiturrahman, di pekarangan masjid Baiturrahman, Senin (13/2/2017) malam. Lima tahun lalu.
Ditandai menekan tombol sehingga payung secara perlahan terbuka. Waktu itu, turut disaksikan diantaranya Wali Kota Banda Aceh Illiza Saaduddin Djamal, Sekda Aceh Dermawan dan sejumlah pejabat terkait.
Setiap hari dan malam dikunjungi warga kota dan luar daerah. Bahkan tamu-tamu dari berbagai daerah di tanah air, juga luar negeri bila berkunjung ke Banda Aceh, terutama muslim, tak melewatkan waktu mengunjungi mesjid Raya Baiturrahman. Rasanya belum lengkap berkunjung ke kota Banda Aceh bila belum bertandang ke Mesjid Raya Baiturrahman.
Mesjid Raya Baiturrahman, salah satu mesjid di Aceh peninggalan kerajaan Aceh Darussalam. Mesjid ini di bakar oleh Belanda masa perang Aceh yang kemudian di bangun kembali oleh Belanda yang sampai saat ini masih berdiri kokoh biarpun dihantam gelombang tsunami dahsyat 2004. Telah banyak dilakukan renovasi dari waktu ke waktu.
Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Mesjid Baiturrahman Dinas Syriat Islam Aceh, Drs.Tgk.H. Ridwan Johan saat ditemui media SUWA Nusantara di kantornya, Kamis (20/5/2021)
mengatakan, UPTD ini mengelola Mesjid Raya Baiturrahman kota Banda Aceh. “Jadi kegiatan di masjid raya ini kegiatan yang soft, seperti kegiatan BPHBI, pengajian dan lainnya”, katanya.
Kegiatan juga difokuskan mengelola BLUD yaitu mengelola perparkiran, penitipan sandal, kegiatan pernikahan dan beberapa kegiatan lainnya. “ Itu yang kita kelola untuk bagimana aktifitas mesjid raya ini berjalan dengan lancar”, kata H Ridwan Johan.
Karena bagaimanapun, tambah Ridwan, ini masjid pemerintah, jadi semua program pemerintah kita laksanakan. Tapi sekarang ini kita harus jalankan sesuai dengan protokol kesehatan (protkes), sampai kepada pelaksanaan shalat itu protkes karena masih jarak, jadi kita siapkan cuci tangan, kita pakai masker, kita jaga jarak,
“ Jangan kan duduk, shalat pun masih jaga jarak. Kita kerja sama dengan TNI dan Polri bahwa kita tetap mempertahankan protkes itu. Kita jaga di masjid raya selama ini”, kata Ridwab Johan alumni UIN Ar-Raniry Aceh , dulu IAIN ini.
Atas kerjasama yang baik dengan pihak keamanan, tambah dia, pelaksanaan shalat Hari Idhul Fitri 1442 H yang baru lalu berjalan lancar. Sekitar 25 ribu jamaah shalat di mesjid raya ini. yang mengisi ruangan dalam masjid 10 ribu jamaah dan di luar masjid sampai ke jalan depan mesjid 15 ribu jamaah.
“Kita juga bagikan 7000 masker bagi yang tidak memakai masker dan menjaga jarak waktu shalat. Itu kita pertahankan, karena sebelum ada aba-aba dari pemerintah bahwa saf itu bisa dirapatkan, kita belum melaksanakan itu”, tegas Ridwan Johan yang juga seorang anggota imam tetap Mesjid Raya Baiturrahman ini.
Ditambahkannnya, MRB juga memiliki media radio sejak 1980 an dan tabloid 1995. Namanya Radio Baiturrahman dan Tabloid Gema Baiturrahman. Radio mengudara menyiarkan kegiatan mesjid raya sejak tahun 1980-an sampai sekarang terus eksis.
“ Siaran kita ada live streaming, bahkan bisa diikuti di luar negeri. Kegiatan di masjid disiarkan secara langsung, juga kerja sama dengan RRI Pro 3 Banda Aceh, sehingga selain berita pagi dan sore, juga shalat lima waktu, kemudian cemarah rutin bakda maghrib dan bakdah subuh tetap siaran langsung dapat diikuti diseluruh Indonesia”, tambah Ridwan.
“Jadi kegiatan masjid raya itu selalu tersiar. Ceramah agama rutin diisi 14 orang penceramah tetap”, katanya.
Sdangkan isi yang dimuat di Gema Baiturrahman, berupa teks khutbah yang dibagikan kepada jamaah, kemudian ada berita –berita aktual lainnya. “Yang terbitnya setiap hari jum’at”, tambah dia.
Perpustakaan dan Pendidikan TPA Mesjid
Mesjid Raya Baiturrahman juga memiliki Perputakaan yang sudah mendunia. Banyak masyarakat dari daerah maupun luar daerah , itu sudah banyak membaca di perputakaan ini.” Karena lengkap buku dan kitabnya yang tidak ada di pustaka lain. Dikelola lima orang petugas professional”, ujar Ridwan.
Pembinaan anak mengaji, tambah Ridwan juga terus berjalan dalam beberapa tingkatan ada TPA, TKA, TQA,dan TQS. Tapi selama corona di dibatasi, anak –anak mengaji dibatasi 10 orang satu grup “ Jadi kita gilir, supaya anak-anak tidak hilang hafalan dan bacaan-bacaannya tidak lupa, Kita batasi karena covid ini belum tahu kita kapan berakhir.”, katanya.
Mesjid Raya ikon Aceh dan Ummat Islam
MRB memiliki karyawan cleaning service sampai 80-an orang, dari BLUD sekitar 35 orang, totalnya 100 orang lebih. “ Yang penting menjaga kebersihan, bagaimana mesjid raya itu tetap tejaga dengan baik. Karena bagaimanapun. Mesjid Raya itu tetap ikon Aceh, ikon ummat Islam, itu merupakan serambi dari Mekkah itu sendiri, serambi Madinah. Apalagi melihat payung sudah seperti berada di Madinah “, ujar Ridwan Johan.
Ridwan Johan mengajak para jamaah mesjid dan pengunjung untuk tetap menjaga wibawa masjid raya ini, jangan nanti sebagian orang ke masjid raya itu hanya menjadi wisatawan.” Selama ini ada pernah berkembang bahwasanya orang pergi ke masjid raya itu berfoto, nanti tibulnya tik tok, jadi itu kita batasi “.tandasnya.
Diakuinya, di saat corona ini tidak memberi kesempatan bagi masyrakat yang duduk berkumpul lebih dari lima orang, itu kita batasi jangan nanti merasa tersinggung, mersa tidak enak, ada petugas kami yang kami tugaskan tidak memberi kesempatan untuk itu.
Begitupun, kalau ada non muslim masuk pekarangan mesjid tetap kita beri kesempatan, tambah Ridwan. Tapi mereka harus memakai pakaian mesjid raya yang dipersiapkan oleh petugas masjid raya. Kalau masyarakat biasa yang tidak memakai pakaian islami tetap kita tegur, kita panggil ke Pos kita suru ganti baju atau kita kasi baju yang islami, supaya yang masuk ke pekarangan masjid itu tidak ada yang tidak enak dipandang, ujarnya.(kasman).