SUWA. Jakarta – Legalitas yang telah diperoleh Partai Ummat membuat partai tersebut telah memiliki payung hukum untuk melakukan kerja-kerja politik.
Menurut pengamat komunikasi politik Universitas Muhammadiyah Riau, Aidil Haris, kerja-kerja politik tersebut sangat mungkin dilakukan secepatnya sebagai partai baru.
“Tapi kalau di Pekanbaru ini manuvernya belum kelihatan, terkesan lambat,itu mungkin karena disini termasuk ceruk suara partai amanat nasional (PAN). Artinya, Partai Ummat tinggal menunggu simpatisan PAN untuk pindah haluan sehingga kerja mereka terbantu, bahkan lebih ringan,” ujarnya melalui sambungan seluler, di Pekanbaru Senin (6/9).
Adapun PAN memiliki 6 kursi dari total 45 kursi DPRD Kota Pekanbaru. Sedangkan di DPRD Provinsi Riau PAN memiliki 7 kursi dari total 65 kursi DPRD Riau.
Aidil menilai sejatinya kemunculan Partai Ummat bukan hal yang aneh di iklim demokrasi, alih-alih menyebut itu sebagai kejutan, Aidil menilai Partai Ummat bagian dari euforia demokrasi.
Dikatakanya, dalam mengamati kehadiran partai baru, saat ini jauh lebih penting mengamati isu subtansial di ranah politik Indonesia, ketimbang sekadar mengamati momen kemunculannya.
“Isu subtansial itu misalnya biaya politik yang mahal, peralihan generasi pemilih, kejenuhan masyarakat akan politik,hingga irisan segmentasi suara. Metrik metrik tersebut dengan sendirinya dapat menaksir daya tahan suatu partai. Jadi bukan kemunculanya yang menjadi sorotan, tapi lebih kepada daya tahan partai politik itu terhadap problem subtansial tersebut,” urainnya.
Lanjut Aidil,setiap metrik menuntut adanya sentuhan berbeda untuk mengakalinya. Ia mencontohkan peralihan generasi pemilih. Kata Aidil,jika partai politik menyadari jumlah pemilih milennial akan menentukan di 2024, maka partai baru bisa lebih cepat mengarahkan sumber dayanya untuk menggarap segmen ini.
“PSI misalnya pada 2019,mereka sudah memiliki gambaran yang jelas bahwa mereka menyasar anak muda. Sehingga sedari awal komunikasi politik mereka terarah pada kelompok ini dengan cepat, sehingga membuahkan hasil di Jakarta (DPRD DKI),” tandasnya.
Aidil menyakini senyapnya gerakan politik Partai Ummat di daerah, itu lantaran segmen yang digarap adalah basis PAN. Sedangkan di daerah yang bukan basis PAN, Partai Ummat bisa jadi lebih agresif.
“Sekalipun PAN mengaku ideologi mereka berbeda dengan Partai Ummat. Faktanya Partai Ummat dirintis oleh pendiri PAN, Amien Rais, yang tentu masih ada warna (pengaruhnya) di PAN. Di daerah yang bukan basis PAN, mungkin Partai Ummat lebih tertantang untuk menunjukan eksistensi, ” tekannya.
Sumber : Gatra Com