Keteladanan Guru Dalam Upaya Pembinaan Akhlak Siswa

 

Oleh : Ust. T. Ibnoel Hajar, S.Pd.I, M.Pd . (Guru Aqidah Akhlak MIN 30 Aceh Utara / Mahasiswa Pascasarjana Prodi S3-PAI, UIN Ar-Raniry Banda Aceh)

Pendidikan merupakan sebuah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang sarat memiliki nilai strategis bagi eksistensi terhadap peradaban manusia. Dengan demikian, maka sangat wajarlah jika hampir setiap negara di dunia ini mengutamakan penempatan variabel pendidikan sebagai variabel yang paling penting dan utama dalam rangka menuju pembangunan bangsa dan negaranya, sama halnya juga seperti yang dilakukan oleh negara Republik Indonesia.

Perihal tersebut sebenarnya sudah tercermin dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang menegaskan, bahwa salah satu tujuan nasional bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Sebagaimana juga sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang terdapat dalam undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, yang berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mencapai maksud tersebut, maka sangat diperlukan adanya guru-guru yang berkompeten dan berkualitas serta yang dibarengi dengan imtaq dan iptek.

Pentingnya guru dalam dunia pendidikan telah ditegaskan Allah dalam al-Qur`an yaitu untuk pembinaan manusia secara pribadi dan kelompok sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya guna membangun dunia ini sesuai dengan konsep yang telah ditetapkan Allah Swt dalam al-Qur`an surat al-Isra` ayat 19, yaitu guru sebagai “Pemberi petunjuk kepada (jalan) yang lurus” yang artinya, *‘’Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, Maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik’’.*

Ayat tersebut menerangkan bahwa betapa setiap usaha untuk meraih akhirat, sekalipun hasilnya tidak didapatkan di dunia tetapi tetap juga memiliki pahala ukhrawi. Patut dicatat juga, setiap usaha manusia tidak akan dibiarkan oleh Allah Swt begitu saja sehingga sia-sia tanpa adanya ganjaran (pahala). Sementara itu, upaya setiap manusia untuk meraih kenikmatan dunia tidak jelas bakal berhasil atau tidak dan mereka yang cinta akan dunia di hari kiamat akan merasakan kerugian yang teramat besar.

Adanya sifat keteladanan bagi guru memang sudah sepatutnyalah setiap guru memiliki kepribadian yang dapat mencerminkan nilai-nilai keteladanan yang dengan sendirinya akan dapat mempengaruhi atau membentuk perilaku budi pekerti bagi setiap peserta didiknya. Dalam Islam, tingkah laku atau sering disebut akhlak menempati posisi yang sangat penting dan paling utama, tingkah laku tidak saja berkaitan dengan manusia semata, akan tetapi juga kepada Allah Swt. Maka Allah Swt mengutus Rasul-Nya dan menjadikannya teladan bagi umat manusia. Sebagaimana Firman-Nya dalam QS. Al-Ahzab ayat 12, yang artinya : *”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.*

Dari ayat tersebut jelaslah bahwa, tingkah laku merupakan suatu hal yang paling utama dan penting dalam kehidupan di dunia, karena dengan akhlak inilah manusia akan dikatakan baik atau jahat. Dengan mempunyai akhlak yang baik sudah barang tentu akan mencerminkan bahwa orang itu betul-betul bertindak berdasarkan agama yang dianutnya. Tugas pokok dan fungsi seorang guru adalah memberikan ilmu pengetahuan _(Transfer Knowledge)_ dan melatih peserta didik untuk terbiasa pada pembiasaan yang baik, sebab sekolah/madrasah merupakan sarana atau sebagai institusi pendidikan formal yang ikut membantu melatih perkembangan kepribadian anak dalam upaya pembinaan akhlakul karimah bagi peserta didik. Para guru juga diharapkan agar dapat menyentuh hati para peserta didik sehingga mereka bisa menjadi teladan dan andalan sebagai generasi bangsa yang disamping memiliki intelektual juga memiliki karakter ahklak mulia.

Pembangunan karakter bangsa merupakan komitmen kolektif masyarakat Indonesia dalam menghadapi tuntutan era global dewasa ini. Cita-cita luhur bangsa sebagai mana tertuang dalam tujuan pendidikan nasional adalah perwujudan dari nilai moral bangsa yang harus tertanam dan mengakar dalam pola hidup berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat. Oleh karena itu, pendidikan karakter bangsa menjadi bagian yang tak terpisahkan dengan pola pembinaan, baik yang dilakukan dalam rumah tangga, masyarakat maupun sekolah atau madrasah sebagai pioneer yang paling berperan dalam pembentukan karakter atau watak anak. Namun demikian, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang begitu pesat berkembang baik melalui media cetak maupun eletronik pada masa sekarang seolah-olah telah banyak mengambil alih fungsi-fungsi pendidikan dan peran orang tua, masyarakat serta guru.

Arus globalisasi yang bergerak begitu cepat melalui media internet yang serba digital telah berhasil mengubah paradigma, pola dan gaya hidup bahkan tatanan nilai, sikap dan perilaku seseorang yang berdampak pada menipisnya sendi-sendi moral dan akhlak anak bangsa yang berimbas pada memudarnya karakter bangsa. Arus globalisasi dan modernisasi yang begitu deras dikhawaitrkan dapat memunculkan nilai-nilai kehidupan masyarakat yang lebih _permissiveness_ (bebas). Nilai-nilai global dengan mudah meresap dalam kehidupan masyarakat jika tanpa adanya sensor dan filter yang lebih ketat. Dengan kata lain, sejak itu pula telah terjadilah suatu proses pelonggaran terhadap nilai-nilai etika dan moral.

Pembinaan Akhlak yang baik bagi anak semakin terasa diperlukan bahkan terutama pada saat anak hidup di zaman modern ini yang akan selalu dihadapkan dengan berbagai masalah krisis akhlak yang cukup serius, yang kalau dibiarkan akan dapat menghancurkan masa depan bangsa. Krisis akhlak tersebut dengan sendirinya dapat mengindikasikan tentang rendahnya kualitas pendidikan disuatu tempat baik di bidang ilmu umum maupun bidang ilmu keagamaan yang seharusnya memberi kontribusi nilai spiritual namun justru tidak memiliki kekuatan karena kesadaran dalam beragama masih sangat kurang.

Berikut ini ada beberapa kejadian yang sangatlah tidak diinginkan dalam dunia pendidikan, namun bisa dikatakan juga hampir sering terjadi di depan mata dan membuat miris dunia pendidikan dewasa ini, diantara kejadiannya adalah seperti terjadinya perkelahian, pergaulan bebas, narkoba, tawuran, prostitusi, bolos sekolah, balapan liar, merayakan kelulusan dengan hura-hura mencoret-coret baju seragam, pesta minuman keras dan diperburuk lagi dengan adanya peredaran foto-foto asusila dan juga video porno bahkan ada pula sampai terjadi pembunuhan.

Berangkat dari berbagai fakta yang tersebut, menunjukkan bahwa betapa pentingnya akhlak untuk dibentuk dan bina mulai dari sejak usia dini dan terlebih di usia remaja. Maka disinilah sangat dibutuhkan keteladanan seorang guru yang memiliki budi pekerti luhur, baik guru umum maupun guru agama yang juga disertai adanya kemampuan profesional di dalam bidangnya guna dapat memancarkan berbagai perasaan yang baik pula terhadap setiap siswa dan menumbuhkan semangat pembinaan akhlak menuju kearah kebaikan yang abadi.

Semoga tulisan ini bermanfaat bagi penulis sendiri dan bagi para pembaca dimanapun berada. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *